telah kubelah
resah malam ke hujung pagi
antara limpah budi
bayang bulan dan bahang mentari
Dalam ramah setianya
pada menguntum bunga
harum mimpi anak peribumi
Di lembah lurah tanah ini
telah kubenamkan hangat nadi
mengenggam gunung kudrat
bersama dendam yang sarat
demi membakar derita abad
Di angin perkasa langkah dan lenggang
di kolam yakin telek dan pandang
maka bersama air mata dan darah ini
aku lagukan lagu cinta anak peribumi
Gemanya mengegar teluk tanjung dasar lautan
Gemanya mencium lirik jernih awan gemawan
Lalu bersatu di ladang kehidupan
Tumbuh bercambah rendang dan berbuah
ke denyut rasa jantung sentosa
~ Dharmawijaya ~
Sajak ini saya hafal sejak usia 17 tahun. Waktu itu puisi ini salah satu kajian untuk kertas kesusasteraan melayu SPM (kalau tak silap! sebab saya tidak mengkaji puisi waktu SPM). Tapi mungkin ada beberapa frasa yang tidak tepat, maklumlah sudah lama dalam memori.
Kemudian, mendeklamasikan sajak ini menjadikan saya juara deklamasi sajak di sekolah.
Dengan sajak ini, saya membuat persembahan pada malam penutup Minggu Penulis Remaja 1994. Dengan sajak ini, membuat seseorang terpesona pada saya (ehem ehem) dan saya pun terpesona pada dia.
Alhamdulilah, Allah mengatur yang baik-baik untuk hamba-Nya, Allah memberi apa yang kita perlu bukan apa yang kita mahu.
Kemudian, mendeklamasikan sajak ini menjadikan saya juara deklamasi sajak di sekolah.
Dengan sajak ini, saya membuat persembahan pada malam penutup Minggu Penulis Remaja 1994. Dengan sajak ini, membuat seseorang terpesona pada saya (ehem ehem) dan saya pun terpesona pada dia.
Alhamdulilah, Allah mengatur yang baik-baik untuk hamba-Nya, Allah memberi apa yang kita perlu bukan apa yang kita mahu.
4 comments:
ehem-ehem....siapa orang tu...cepat bitauuuuu
:P lupakan saja!
Sambunglah lagi ceritanya...
Anuar,
Sambungan dalam novel terbaru .. :D
Post a Comment